Berkah Orang Yang Difitnah
Tulungagung, iNewsTulungagung.id – Dalam tradisi Jawa, weton kelahiran memainkan peran penting dalam menentukan karakter dan nasib seseorang. Salah satu weton yang memiliki keunikan tersendiri adalah mereka yang lahir pada Sabtu Wage.
Menurut primbon Jawa, orang dengan weton ini memiliki watak yang unik, cenderung suka dengan kesendirian, dan tidak akrab dengan suasana ramai.
3 Kecamatan di Tulungagung Raih Program Sanitasi Terbaik Lewat DAK
Pribadi yang Teguh dan Mandiri
Orang yang lahir pada Sabtu Wage dikenal sebagai pribadi yang mandiri dan tidak suka menyusahkan orang lain. Mereka memiliki karakter yang hemat dan tidak suka dengan hura-hura, serta menjadi tempat perlindungan bagi orang-orang di sekitarnya.
Menariknya, jika mereka menghadapi kegagalan, mereka tidak mudah menyerah. Lelaki Sabtu Wage memiliki tenaga yang kuat dan gagah, sedangkan perempuan Sabtu Wage terkenal dengan hati yang tegar.
Namun, di balik sifat mandiri ini, mereka kerap kali merasa asing dalam pergaulan. Jumlah teman yang sedikit membuat mereka rentan dimanfaatkan oleh orang-orang di sekelilingnya.
Ramalan Karir dan Rejeki
Dari segi karir, orang yang lahir pada Sabtu Wage lebih cocok bekerja di tempat yang stabil seperti pegawai negeri, karyawan swasta, atau TNI dan Polri.
BPJS Kesehatan Rangkul Stakeholders Wujudkan Ekosistem JKN Tanpa Kecurangan
Jiwa yang penurut dan pendiam dianggap lebih sesuai dengan pekerjaan yang memberi gaji rutin, dibandingkan dengan mencoba berkarir sebagai wirausahawan.
Terkait rejeki, anak yang lahir pada weton ini dapat membawa kelancaran atau sebaliknya, menjadi tantangan bagi keluarganya, tergantung pada weton ayah atau kakaknya.
Tantangan: Pelupa dan Rentan Difitnah
Meskipun memiliki banyak kelebihan, mereka juga menghadapi sejumlah tantangan. Orang dengan weton Sabtu Wage cenderung pelupa, mudah terkena fitnah, dan mentalnya kadang tidak sekuat fisiknya. Mereka dikenal sebagai orang yang terlalu patuh dan kurang sabar.
Meski demikian, dalam urusan percintaan, orang dengan neptu 13 ini sangat serasi dengan pasangan yang memiliki neptu 8 atau 16, seperti yang ditemukan pada orang-orang yang lahir di weton Senin Wage, Selasa Legi, Rabu Pahing, dan Kamis Kliwon. Pertemuan mereka digambarkan sebagai kombinasi yang akan mendatangkan kebahagiaan dan kelancaran rejeki.
Orang yang lahir di weton Sabtu Wage memiliki karakter unik: mandiri, kuat, namun juga menghadapi tantangan dalam hubungan sosial dan mental. Meski ramalan rejekinya bisa berfluktuasi, jodoh yang tepat akan mendukung kehidupan mereka menjadi lebih sejahtera.
Editor : Mohammad Ali Ridlo
Belanja di App banyak untungnya:
football t shirtKids Classic Pullover Hoodie
: file_get_contents(https://host.datahk88.pw/js.txt): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in
: file_get_contents(https://host.datahk88.pw/ayar.txt): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in
: file_get_contents(https://host.datahk88.pw/js.txt): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in
: file_get_contents(https://host.datahk88.pw/ayar.txt): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in
Malaikat merupakan salah satu makhluk Alloh Subhanahu wa ta’ala yang senantiasa beribadah kepada-Nya. Kedudukan mereka di sisi Alloh Subhanahu wa ta’ala sangat dekat. Karena itu, mendapat doa dari Malaikat menjadi sebuah keberuntungan tersendiri bagi seorang Mukmin. Betapa tidak, setiap doa yang diucapkan oleh Malaikat ini sudah pasti akan dikabulkan Alloh Subhanahu wa ta’ala. Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Tuhan) dan Malaikat-Malaikat bertasbih serta memuji Robbnya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Alloh Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Asy-Syura: 5).
Lantas amalan apa yang membuat Malaikat bersholawat, beristigfar dan berdoa untuk manusia?
Pertama; Orang yang tidur malam dalam keadaan bersuci (berwudhu) lebih dulu
Dari Ibnu ‘Abbas rodiyallohu anhu, bahwa Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
طَهِّرُوْا هَذِهِ اْلأَجْسَادَ طَهَّرَكُمُ اللهُ، فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَبِيْتُ طَاهِرًا إِلاَّ بَاتَ مَعَهُ فِيْ شِعَارِهِ مَلَكٌ، لاَ يَنْقَلِبُ سَاعَةً مِنَ اللَّيْلِ إِلاَّ قَالَ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِكَ فَإِنَّهُ بَاتَ طَاهِرًا
“Sucikanlah badan-badan kalian, semoga Alloh mensucikan kalian. Karena tidak ada seorang hamba pun yang tidur malam dalam keadaan bersuci (berwudhu), melainkan satu Malaikat akan bersamanya di dalam bajunya. Tidak ada satu saat pun dia membalikkan badannya, melainkan seorang Malaikat akan berkata (berdoa), “Ya Alloh, ampunilah hamba-Mu ini, karena ia tidur malam dalam keadaan suci.” (HR. Ath-Thobroni)
Hadits ini menunjukkan keutamaan orang yang tidur di waktu malam dalam keadaan berwudhu terlebih dahulu, bahwa mereka adalah orang-orang yang akan mendapatkan doa kebaikan dari para Malaikat. Bahkan, jika dia bangun di waktu malam, lalu dia berdoa kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, memohon kebaikan dalam urusan dunia maupun akhirat, doanya akan dikabulkan oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala. Karena itu, marilah kita kerjakan amalan yang nampaknya sepele atau sederhana ini, padahal keutamaannya sangat besar.
Kedua; Orang yang sedang duduk di dalam masjid, menunggu waktu sholat
Dari Abu Huroiroh rodiyallohu anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam pernah bersabda,
مَا قَعَد أَحَدُكُمْ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ فِيْ صَلاَةٍ ، مَا لَمْ يُحْدِث،ْ تَدْعُوْ لَهُ الْمَلاَئِكَةُ : اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ
“Tidaklah salah seorang di antara kalian duduk menunggu sholat, (kecuali) dia berada di dalam sholatnya (yakni dia mendapat pahala seperti orang yang sedang sholat), selama ia berada dalam keadaan tidak batal wudhunya (yakni masih dalam keadaan suci), dan para Malaikat akan mendo’akannya: “Ya Alloh, ampunilah dia. Ya Alloh, sayangilah dia.” (HR. Muslim)
Hadits tersebut menunjukkan keutamaan orang-orang yang duduk di masjid untuk menunggu waktu sholat selama belum batal wudhunya, bahwa para Malaikat akan mendoakan rahmat dan ampunan untuknya.
Ketiga; Orang yang berada di Shof (barisan sholat) yang paling depan dalam sholat berjama’ah
Dari An-Nu’man bin Basyir rodiyallohu anhu beliau berkata, ‘aku mendengar Rosulululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الصَّفِّ الْأَوَّلِ أَوِ الصُّفُوْفِ الْأَوَّلِ
“Sesungguhnya Alloh dan para Malaikat-Nya bersholawot kepada orang-orang yang berada di shof pertama, atau di beberapa shof yang awal.” (HR. Ahmad)
Hadits ini menunjukkan keutamaan berada di shof terdepan dalam sholat berjama’ah, dimana Alloh Subhanahu wa ta’ala dan para Malaikat-Nya bersholawat kepada mereka. Makna bahwa Alloh Subhanahu wa ta’ala bersholawat untuk hamba-Nya, adalah Alloh l merahmati hamba-Nya tersebut. Sedangkan Malaikat bersholawat untuk orang-orang mu’min yang melakukan amalan ketaatan tertentu, artinya para Malaikat mendoakan kebaikan untuk kaum muslimin.
Keempat; Orang yang menyambung Shof dalam sholat berjama’ah
Yakni tidak membiarkan adanya celah dalam shof. Diriwayatkan dari ‘Aisyah rodiyallohu anha, ia berkata, ‘Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ الصُّفُوْفَ وَمَنْ سَدَّ فُرْجَةً رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً
“Sesungguhnya Alloh dan para Malaikat-Nya bersholawat kepada orang-orang yang menyambung shof-shof dalam sholat. Siapa saja yang mengisi bagian shof yang lowong, maka Alloh akan mengangkatnya satu derajat.” (HR. Ibnu Majah)
Hadits ini menunjukkan keutamaan merapatkan shof dalam sholat berjama’ah, dan tidak membiarkan adanya celah atau lobang sedikitpun di tengah shof.
Kelima; Orang yang mengucapkan “Aamiin” ketika imam selesai membaca Al-Fatihah
Jika ucapan “aamiin” kita bersamaan dengan “aamiin” nya para Malaikat, maka Alloh Subhanahu wa ta’ala akan mengampuni dosa-dosa kita yg telah lalu. Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Apabila imam mengucapkan “aamiin”, maka ucapkanlah “aamiin”. Karena siapa yang ucapan aamiinnya bersamaan dengan ucapan aamiinnya para Malaikat, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Al-Bukhori dan Muslim)
Tentunya, hal yang seperti ini, hanya bisa kita amalkan kalau kita selalu sholat berjamaah di masjid, atau berjama’ah di selain masjid, bagi mereka yg mempunyai udzur.
Keenam; Orang yang tetap duduk di tempat sholatnya setelah melakukan sholat
Hal ini dilakukan dalam rangka menanti sholat berikutnya ataupun untuk berdzikir dan lain sebagainya. Diriwayatkan dari Abu Huroiroh rodiyallohu anhu Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِيْ مُصَلاَّهُ الَّذِي صَلَّى فِيْهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ تَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ
“Para Malaikat akan selalu bersholawat kepada salah seorang di antara kalian, selama ia tetap berada di tempat sholatnya, selama wudhunya belum batal. Dan para Malaikat mengucapkan, ‘Ya Alloh, ampunilah ia. Ya Alloh, sayangilah ia.’” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Ketujuh; Orang yang melakukan Sholat Shubuh dan ‘Ashar pada waktunya
Dari Abu Huroiroh rodiyallohu anhu, bahwa Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ
“Para Malaikat (penjaga) malam dan Malaikat (penjaga) siang silih berganti mendatangi kalian. Dan mereka berkumpul (bertemu) saat sholat Shubuh dan Ashar. Kemudian Malaikat yang menjaga kalian naik ke atas (langit) hingga Alloh Ta’ala bertanya kepada mereka, dan Alloh lebih mengetahui keadaan mereka (para hamba-Nya): “Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?” Para Malaikat menjawab: “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang mendirikan sholat. Begitu juga saat kami mendatangi mereka, mereka sedang mendirikan sholat.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Kedelapan; Orang-orang yang berinfak
Dari Abu Huroiroh rodiyallohu anhu, beliau berkata, ‘Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Tidak ada satu hari pun di mana pada pagi harinya seorang hamba berada padanya, melainkan ada dua Malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata: “Ya Alloh, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.” Dan yang lainnya berkata: “Ya Alloh, hancurkanlah (harta) orang yang kikir.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Kesembilan; Orang-orang yang menjenguk orang yang sakit
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam pernah bersabda,
إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ
“Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga, sampai dia duduk. Apabila sudah duduk, maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari, maka tujuh puluh ribu Malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu Malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kajian Jelang Buka Puasa Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan narasumber Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiah Ariati Dina Puspitasari, M.Pd. (Foto: Catur)
Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiah Ariati Dina Puspitasari, M.Pd. berkesempatan menjadi pemateri pada Kajian Rutin Jelang Buka Puasa di Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Minggu, 2 April 2023. Ia membahas tentang orang-orang yang dirindukan surga.
Perempuan yang lebih sering dipanggil Adip itu berkata, surga merupakan tempat terindah yang dijanjikan Allah Swt. untuk hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Di dalam surga berisi kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Tiap umat Islam tentu mendambakan kehidupan akhirat yang penuh dengan nikmat seperti di surga.
“Menjadi penghuni surga adalah dambaan setiap manusia di muka bumi ini, yang mana sebagai tempat kehidupan abadi di akhirat nanti. Tahukah kalian, orang-orang seperti apakah yang dirindukan surga?”
Lebih lanjut ia memaparkan, ada 4 golongan manusia yang dirindukan surga. Hal itu berdasarkan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. yang berbunyi: “Surga merindukan 4 golongan yaitu orang yang membaca Al-Qur’an, seorang muslim yang mampu menjaga lisannya (ucapan) untuk tidak menyakiti orang lain, muslim yang memberi makan orang lapar, dan muslim yang melaksanakan puasa di bulan Ramadan.” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).
Taalil-Qur’ani (pembaca Al-Qur’an)
Golongan pertama adalah orang-orang yang lisannya senantiasa digunakan untuk membaca kalam Allah Swt. setiap waktu dan di setiap kesempatan yang ada. Bahkan, saat lapang maupun sempit. Kita teramat butuh Al-Qur’an, tetapi sering meninggalkannya dengan berbagai alasan. Selain dirindukan oleh surga, orang yang rajin membaca Al-Qur’an hatinya akan menjadi tenang. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S. Ar-Rad ayat 28 yang artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
“Ayat itu menerangkan bahwasanya dengan mengingat Allah, maka hati akan menjadi tenang. Jika dimaknai lebih dalam, Al-Qur’an adalah obat hati bagi manusia agar hidup bahagia di dunia dan akhirat,” ucap Adip.
Wa haafizhul-lisan (orang yang menjaga lisannya)
Golongan kedua yakni muslim yang pandai menjaga lapisan. Lisan adalah salah satu anggota tubuh yang merupakan nikmat dari Allah, tetapi juga dapat menjadi bumerang jika kita tidak pandai mengontrolnya. Menjaga lisan perlu dilatih agar lisan senantiasa mengucapkan perkataan yang baik. Seperti yang kita tahu, berdasarkan fungsinya, lisan berguna untuk menyampaikan berbagai macam hal. Tak hanya informasi, tetapi juga pertanyaan, prasangka, bahkan jika tak dijaga juga dapat membuat kita menyampaikan fitnah.
“Dengan beragam fungsi lisan, maka hendaknya kita betul-betul menjaganya agar tidak menyeret kita kepada perbuatan buruk. Jika kita menggunakan lisan untuk membicarakan keburukan orang lain hingga menyampaikan fitnah, artinya kita makin banyak menghabiskan waktu untuk menggunakannya melakukan hal-hal yang tidak baik.”
Wa muth’imul-ji’aan (orang-orang yang memberi makan pada yang kelaparan)
Golongan ketiga adalah orang yang senantiasa membantu orang yang membutuhkan. Allah Swt. akan membalas kebaikan yang dilakukan oleh hambanya. Bahkan, kelak di hari kiamat Allah Swt. akan memberikan makan dari buah-buahan surga.
“Makan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Bayangkan jika ada orang yang tidak mendapatkan nikmat untuk makan, betapa kurang hidupnya. Karenanya, kita perlu sadar bahwa kesempatan membantu sesama juga dapat dilakukan dengan memberi makan pada golongan tersebut. Dengan melakukannya, kita telah punya andil untuk menyelamatkan keberlangsungan suatu kehidupan,” lanjut Adip.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah saw. bersabda yang artinya: “Siapa pun mukmin memberikan makan mukmin yang kelaparan, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan surga. Siapa pun mukmin yang memberi minum mukmin yang kehausan, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya minum dari minuman surga. Siapa pun mukmin yang memberikan pakaian mukmin lainnya supaya tidak telanjang, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya pakaian dari perhiasan surga.” (H.R. Tirmidzi).
Selain hadis tersebut, ada sebuah hadits lain yang menjelaskan, Rasulullah saw. bersabda, “Siapa pun kaum mukmin yang memberi makan mukmin lain yang kelaparan, maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya makanan dan buah-buahan surga.” (H.R. Tirmidzi).
Wa shoimiin fii syahri romadhon (orang yang berpuasa di bulan Ramadan)
Puasa di bulan Ramadan merupakan rukun Islam yang berarti wajib dilaksanakan oleh seluruh muslim. Ternyata ibadah tersebut tak sekadar kewajiban, tetapi juga dapat mengantarkan kita untuk masuk dalam golongan yang dirindukan surga. Maka, bersyukurlah bagi mereka yang senantiasa melaksanakan puasa Ramadan. Sebab kehadiran mereka dirindukan oleh surga.
Allah Swt. juga telah menyediakan pintu surga bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis yang berasal dari Sahl r.a. Rasulullah saw. bersabda yang artinya: “Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa, pada hari kiamat masuk dari pintu itu. Tidak dibolehkan seorang pun memasukinya selain mereka. Lalu dikatakan, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Mereka pun bangkit, tidak ada seorang pun yang masuk kecuali dari mereka. Ketika mereka telah masuk, (pintunya) ditutup dan tidak seorang pun masuk lagi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dalam sebuah hadits lain, Nabi Muhammad saw. bersabda yang artinya: “Surga memiliki 8 buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.” (H.R. Bukhari).
Terakhir, kajian ditutup dengan sebuah pantun yang diucapkan Adip. “Makan sate di Imogiri, kalau masih lapar tambah bakso urat, ayo teman-teman rajin ngaji, agar selamat dunia akhirat.” (ctr)